1003 - Bilah Kenangan

Memilih hidup melajang sebagai janda, bukan pilihan mudah dalam budaya Indonesia yang tidak hampa hipokrisi. Janda seringkali memiliki konotasi buruk. Cibiran oleh sesama perempuan, maupun pandang merendahkan oleh kaum lelaki. Apa boleh buat, begitulah fakta yang ada, seperti itulah citra mayoritas dalam banyak benak warga Indoneia. Dalam benak banyak
perempuan, status janda dianggap memiliki potensi sebagai penggoda, potensi merusak rumah tangga, semantara kaum lelaki tidak sedikit yang berpikiran perempuan janda adalah sosok yang haus akan seks, bagaikan seonggok daging yang sedap disantap. Tanpa bersedia menyadari bahwa status lajang, janda ataupun duda bisa menimpa siapa saja.
Tidak pelak, situasi seperti itulah yang dihadapi Leni sehari-hari, pada mulanya tentu sangat menganggu, namun setelah sekian lama, segalanya menjadi biasa, bahkan tekadnya menjalani kehidupan sebagai janda telah menjadikan Leni sebagai sosok matang yang kuat dan tabah, pribadi yang sabar dan tangguh menapaki kehidupan.. Leni tidak mempedulikan semua hal buruk, Leni memotivasi diri untuk senantiasa berpikir positif. Membangun karir, bekerja dengan lebih tekun dan sungguh-sungguh menjadikan Leni memiliki karir istimewa. Meskipun tidak bisa dibilang muda, Leni dengan tabah berkompetisi sehat dengan kolega yang jauh lebih muda. Leni tidak pernah berpikir usia sebagai satu hambatan, bahkan kekayaan pengalaman menjadikan dirinya lebih matang, lebih berhati-hati dan lebih serius dalam menekuni pekerjaan.
Sekian lama Leni agak menafikan hubungan personal, memutuskan tidak ingin terlibat didlamnya. Meski tentu saja tidak mudah, mengingat sosok Leni nan rupawan, tubuh semampai di usia matang, ketika kebanyakan kawan-kawan seangkatan sudah agak gembrot, Leni masih memiliki penampilan menggairahkan. Leni rajin berolahraga, berenang, memanah, jogging, bersepeda membuat tubuh prima, segar dan awet muda. Sesuatu yang sangat didambakan banyak kaum perempuan.

Sangat banyak lelaki berusaha mengetuk pintu hati, menunjukkan perhatian dan menebar pesona. Sangat wajar mengingat keistimewaan Leni dalam banyak hal, wajah rupawan, tubuh menawan, kecerdasan terpampang. Leni benar-benar istimewa, pribadi yang menarik dalam segala hal, enak diajak ngobrol. berwawasan, sopan dan bermartabat, berpadu tubuh semampai dengan sensualitas menonjol, suara merdu mendayu. Leni adalah segalanya yg didamba kaum perempuan dan menjadi pujaan kaum lelaki.

*****
Dua tahun lalu, sebuah situasi membuat Leni terjebak dalam kebingungan. Putri sulungnya hidup di ibukota bersama sang nenek, ibu dari almarhum suami Leni. Satu hal yang lumrah, dan Leni pun tidak merasa keberatan. Putrinya duduk di sekolah lanjutan atas, belajar dengan baik, tidak ada hal istimewa yang perlu dirisaukan. 

Situasi rumit muncul setelah Ibu Mertuanya meninggal dunia karena usia tua, putrinya tidak bersedia hidup di kota kecil, sementara situasi di rumah ibu mertua berubah total sepeninggalnya. Leni harus melakukan langkah penyelamatan atas sang putri. Karena mendadak harus keluar dari rumah. Alin mewarisi sikap keras kepala dan agak sulit diatur, sedikit semau gue, sehingga tidak mudah dihandle.

Alin harus keluar dari rumah sementara Leni berada 350 km dari Ibukota, komunikasi sangat mudah dilakukan dalam jarak ribuan kilometer, akan tetapi tindakan fisik tidak mungkin dilakukan melalui fasilitas internet. Dalam sedikit kepanikan, akhirnya Leni mengalahkan egonya dan menghubungi Mas Pram, demikian dia memanggil, lelaki yang belum lama dikenal, namun ada keyakinan bahwa Pram akan membantunya dengan sungguh - sungguh. Melalui komunikasi aplikasi Whatsapp Leni menyampaikan masalah yang dihadapi, dan tepat seperti dugaannya, Pram bertindak cepat, menjemput Alin dan membawa menginap di sebuah Hotel. Dimana esok harinya Leni menyusul ke Ibukota untuk mengurus tempat tinggal Alin.

Pram membantu Leni dengan baik, menjemput di stasiun Gambir, karena bagaimanapun Leni selalu merasa gamang berada di Ibukota sendirian. Menyiapkan hotel, menemani mengurus kost Alin, makan malam bahkan jalan-jalan. Sosok Pram boleh dibilang asing bagi Leni, dia sendiri sudah lupa bagaimana bisa saling berkenalan. Pram boleh disebut "Stranger at Homeland," 32 tahun sudah Pram meninggalkan kampung halaman, berkelana menjelajah banyak sisi bumi. Menjelang memasuki usia tua, Pram memutuskan hidup di kampung halaman yg sudah 32 tahun ditinggalkan. Siapapun Pram, Leni merasa sangat terbantu, ketenangan Pram dalam menghadapi kepanikan, membuat Leni merasa lebih tabah, sehingga urusan yg mengkhawatirkan bathinnya, selesai lebih mudah. Leni merasa sangat lega karenanya.

*****
"Foto Andalan, disambung emoticon tawa" itu pesan WA yang diterima Pram, pada masa awal berkenalan dengan Leni.
"Amazing" kalimat pendek jawaban Pram, membuat Leni tersenyum.
 

1002 - Dua Dewi

Dua putri manis, Alin dan Alia, menjadi mesin utama yang mampu mendatangkan energi nyaris tanpa batas. Kebahagiaan merebak dalam bathin terdalam tatkala melihat dua gadisnya tertawa gembira. Leni senantiasa sanggup melakukan segalanya, untuk kebahagiaan kedua putri manis Alin dan Alia. Keduanya telah menjadi hampir satu-satunya tujuan hidup, tumpuan kebahagiaan, serta sinar harapan. Sisa waktu Ia pertaruhkan untuk mendidik dan membesarkan Alin dan Alia. Mereka adalah prioritas utama, bagi waktu, sumber daya yang ada pada dirinya. Leni akan menunda apa saja untuk memenuhi dan menggenapi apa yang dibutuhkan Alin dan Alia. Mengantar sekolah, berwisata, membeli baju, sepatu, kebutuhan sekolah, atau apapun juga. Leni akan menunda semua hal, ketika kedua putri manis membutuhkannya.

Ia sadar benar, memprioritaskan kedua putrinya membuat seakan kekurangan waktu, karir menyita seluruh hari, dan week end, untuk anak-anak dan keluarga. Sangat sedikit sisa waktu untuk diri sendiri, namun Leni telah bertekad, telah memutuskan untuk menjalani gaya hidup demikian. Sesekali berenang bersama anak-anak, menjadi momen mengagumkan, menikmati makan bersama mereka selalu mendatangkan tawa dan kesenangan, bertabur kebahagiaan dalam bathin. Alia masih terlalu kecil saat ditinggal sang Ayah, Leni tidak ingin putrinya tumbuh berbeda dengan anak-anak lain, Ia bertekad membuktikan, tanpa didampingi Ayahnya, Alia akan menjadi manusia berprestasi. Tekad dan kesanggupan, memenuhi dada hampir setiap hari, saat-saat melelahkan oleh tekanan pekerjaan, bayang Alin dan Alia menjadi tambahan energi besar, menambah kekuatan untuk bersabar.

*****

Leni menjalani kehidupan yang unik, selain kedua putri kandungnya, Ia sejak kecil merawat putri-putri Kakaknya. Sang kakak perempuan menjani kehidupan dengan gaya yang tidak bisa Ia pahami. Namun Leni tidak ingin memikirkan hal itu. Yang bisa dilakukan adalah menjaga para keponakan, itulah yang membuat Leni menjadi Ibu dari lima putri manis. Dua putri kandung dan tiga keponakan. Kini ketiga keponakannya sudah berkeluarga, bahkan sudah memberikan cucu-cucu yang lucu. Senantiasa ada kepuasan melihat para cucu. Seluruh perjalanan masa mudanya seakan terpahat pada sang cucu dan ibu mereka. Satu prestasi besar, tanpa piaagam penghargaan. Tokh Leni tidak membutuhkan penghargaan dari siapapun.

Setelah ketiga keponakannya, "mentas" putri-putrinya menjadi pusat kehidupan dan keseharian,lebih lima tahun menjadi kehidupan sebagai orangtua tunggal, bukan hal mudah, tokh sudah dilalui dengan selamat. Kini Alin masuk Perguruan Tinggi, tumbuh menjadi gadis mandiri, Alia memiliki kepribadian yg berbeda dengan sang kakak, sejak kecil tampak mandiri dan menyukai kesederhanaan. Kesederhanaan dalam memilih pakaian, barang kebutuhan juga sikap peduli sangat kuat. Alia nyaris tidak pernah merepotkan. Leni sering merasa sangat terharu melihat sikap Alia yang begitu sederhana, sangat jelas menampakkan kepedulian dan perhatian besar pada sang mama. Seluruh kebahagiaan, kehangatan merebak dalam diri, tiap kali mengingat dua putrinya, pada malam-malam gelap, pada hari-hari ketika Leni ingin sendiri. Ia merasa sangat beruntung, bukan hal sia-sia melewatkan masa paling paripurna kehidupan dalam kesendirian.

*****

Tentu saja sebagai manusia biasa, Leni pun mengalami saat-saat merasa sepi, merasa sendiri. Namun selalu saja ada jalan keluar, memainkan gitar atau organ. Bakat musik kuat ada dalam darah keluarganya, suaran Leni pun enak didengar, jernih, lembut, mendayu merdu, suara nan romantis dan syahdu. Bermain musik bagi Leni adalah pelepasan, ekspresi diri paling bermakna. Musik menjadi bagian penting ketika datang rasa kecewa, kesal maupun sedih, juga saat bahagia dan gembira. Musik adalah bahasa universal paling mudah dipahami manusia dari berbagai bangsa. Memainkan lagu-lagu kenangan, menjadikan hidup Leni penuh warna.

Leni dengan sadar menghindari hubungan personal, terutama dengan lawan jenis, selain belum ada yang mampu menyentuh hati, Ia pun merasa belum benar-benar membutuhkan, sekian lama melajang bahkan mendatangkan kenikmatan beraroma kesenangan, hidup tanpa beban melayani. Bagimanapun pernikahan di Indonesia seringkali kurang berpihak pada perempuan. Perempuan menanggung beban terberat dalam jalinan rumah tangga. Ini adalah fakta tak terbantahkan, pernikahan di Indonesia bukan masalah orang per orang, melainkan satu jaringan yg melibatkan saudara, keluarga besar bahkan teman dan tetangga, sehingga beban pernikahan menjadi sangat berat.

Dalam kesendirian, dalam kelajangan Leni merasa segalanya tercukupi, segalanya terpenuhi, karir yang baik, penghargaan dari kolega, kawan dan sahabat.  Penghasilan cukup, membuat Leni betah berlama lama hidup lajang. Meskipun tidak sedikit lelaki yang secara terbuka maupun diam-diam menjadi pengagumnya. Tidak aneh, karena Leni memang figur langka. Tubuhnya tetap semampai pada usia setengah baya, kecerdasan dan inner beauty terpancar dalam kematangan pribadi. Terlalu banyak faktor yang mampu mempesona laki-laki ada dalam diri Leni.

Sebelumnya                                                                   Selanjutnya

1001 - Ekspresi

Tubuh semampai setinggi 158 cm berbobot 52 kg melintas cepat, sepatu sporty no 38 yg dikenakan menambah kelincahan. Perempuan setengah baya dengan bra 36A bercelana panjang ringkas berpadu blouse panjang membuatnya tampil menawan. Pada usia 51 tahun, tidak kehilangan kelangsingan, kelincahan serta semangat. Aura kecantikan menguat dalam kematangan, senyum beraroma menggoda, tawa tertahan nan mempesona, bibir tipis, pandang mata tajam dalam ekspresi kecerdasan. Langkah lebar meniti, sesekali menoleh, membalas sapaan dengan senyum. Suasana pagi di Kota Panas seakan mereda sejenak menyambut rekahan hari. Bekerja pada sebuah BUMN, perempuan cantik di usia matang itu senantiasa bersemangat. Rekan rekan satu tim berusia nyaris separo usianya, namun saat mereka berkumpul tidak tampak perbedaan usia. Kemampuan menjaga kebugaran sungguh menakjubkan. Olahraga, bermain musik, menyanyi adalah cara baik menjaga tubuh tetap fit, meski usia terus merambat.

Leni Yustira, nama unik pemberian orangtua, terasa sebagai anomali. Barangkali saja sang Ibu yang memberikan nama, berharap putrinya menjadi spesial, dan terbukti di kemudian hari, Leni tumbuh menjadi seorang istimewa sejak remaja hingga menjelang tua.Dua putri remaja tumbuh bersama, menjadi bagian terpenting dalam kehidupan, seluruh waktu, sumber daya hanya diperuntukkan bagi kedua putrinya. Leni, membatasi pergaulan, terutama sejak sang suami tiada, depresi dan patah hati dilalui, ketabahan dan kekuatan memenangkan. Kini tiada lagi duka, semua berlalu bersama waktu. Leni hari ini adalah sosok cantik menawan. Ibu yang baik bagi anak-anaknya, putri berbakti bagi sang Ibu, adik supportif bagi kakak dan kakak bertanggung jawab bagi adiknya

Waktu bergerak begitu cepat, kesibukan kerja, mengurus anak-anak, menjaga keluarga, melayani Ibu, semua menjadi keseharian. Telah tetap keputusan, mengabdikan seluruh waktu, sumberdaya untuk anak-anak dan keluarga, sebuah kepuasan sekaligus kebahagiaan saat melihat anak-anak tertawa gembira, senyum ibu nan bangga, lunas segala kelelahan, tuntas segala keletihan. Ketika libur datang, Leni seringkali mengajak seluruh keluarga bepergian, menikmati udara segar pegunungan, mengamati jejak masa lalu pada candi-candi kuno, atau berbelanja di pasar-pasar populer.
Kehidupan bagi Leni adalah keluarga, keluarga adalah kehidupan bagi Leni. Berjalan hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, selingan dari hidup keluarga adalah berkumpul dengan kawan sekolah, teman kuliah, sekedar ngerumpi atau sedikit serius. Leni menikmati kehidupan, nyaris tanpa kekurangan. Selain tentu saja kemampuan membangun Penerimaan Diri

Apa makna kehidupan pribadi ? Tiap individu memiliki tafsiran masing-masing, lebih sering tidak sama dan tidak senada, karena terlalu personal. Kawan-kawan Leni, berpikiran Leni menyia nyiakan waktu dan potensi karena tidak memiliki hubungan spesial dengan siapapun. Bagi Leni, kehidupannya sempurna dan lengkap, tanpa pasangan hidup. Itulah persepsi, tiap orang memiliki sudut pandang sendiri dan unik bagi dirinya. Leni tidak merasa kurang satu apapun. Menikmati kehidupan secara wajar sebagai orangtua tunggal, Leni tidak merasa ada problem, nyaman dengan status dan situasinya.
*****

"Kesedihan sudah lama dilupakan, kepergian sang suami sangat mengejutkan, membuat Leni nyaris depresi. Namun kekuatan kepribadian dan dukungan seluruh keluarga membuat Leni cepat bangkit, menapaki kehidupan dan menatap dunia dengan sinar mata keberanian.


Meskipun tentu saja ada yang hilang, ada yang berbeda dari kehidupan sebelumnya. Leni tidak menganggapnya sebagai kurang, hanya satu perbedaan. Sedikit adaptasi, lebih teliti mengelola keuangan, lebih hati-hati dalam konsumsi, lebih tekun dalam berkarir, membuat kehidupan makin berwarna. Bersama waktu semuanya dijalani dengan kegembiraan. Banyak cerita mewarnai, menghadapi lingkungan sosial, customer dengan bermacam latar belakang, kesibukan kantor membuat kehidupan Leni, tidak kurang suatu apa.


Namun tidak dipungkiri, kesendiriannya kadang memancing perhatian lawan jenis, sebagai konsekuensi logis budaya Indonesia. Kecantikan, sensualitas yang melekat erat pada diri Leni, dengan pesona inner beuaty yg terpancar, sungguh menjadikan Leni perempuan sangat menarik, matang dengan aura kepercayaan diri yang kuat. Tidak heran jika sangat banyak lelaki, antri didepan pintu hatinya, mencoba mengetuk dengan berbagai cara, cara romantis menyenangkan, cara kaku menggelikan atau cara vulgar menjengkelkan. Bersama waktu Leni mampu menghadapi semuanya, menghadapi sebagai suatu ornamen kehidupan.

Tentu saja, terkadang dalam situasi penuh tekanan, Leni merasa membutuhkan seseorang, meskipun situasi seperti itu sangat jarang muncul. Dan iapun menyimpan perasaan tersebut dalam lubuk hati terdalam, tidak ingin seorangpun mengetahuinya, sekuat tenaga Ia menepis. Satu, dua lelaki yg coba mendekati, sempat menarik perhatiannya, akan tetapi Leni terbentur oleh kenyataan, bahwa lelaki tersebut terikat dalam pernikahan. Ia tidak pernah bersedia menjadi "orang kedua" dan memang tidak mudah menemukan lelaki lajang pada usia setengah baya. Kenyataan membuat Leni makin keras, dan sedikit paranoid dengan hubungan spesial, terlalu sulit bagi bathinya untuk begitu saja menerima seseorang, bahkan ketika dia begitu menarik dan mengagumkan. Super ego dan etika yg Ia anut, tidak mengijinkan untuk menjalin hubungan dengan lelaki beristri

Sambungan